PENGERTIAN, KEGUNAAN, DAN BENTUK JURNAL BELAJAR

Program BERMUTU diarahkan kepada peningkatan hasil belajar peserta didik. Untuk mencapai peningkatan hasil belajar peserta didik, guru diminta menerapkan pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Salah satu yang belum banyak disinggung adalah pemanfaatan Jurnal Belajar (dokumen yang secara terus-menerus bertambah dan berkembang, sebagai rekaman terhadap perkembangan materi yang sedang dipelajari). Bahan Belajar Mandiri (BBM) yang disiapkan bagi guru di KKG dan MGMP belum ada tentang jurnal belajar. Pada hal jurnal belajar sangat bermanfaat untuk meningkatkan kebiasaan peserta didik dalam menulis. Selain itu, jurnal belajar bermanfaat untukmerefleksikan hasil belajar, menyusun suatu alur pikir secara tertulis, yang bagi guru dapat menjadi acuan dalam menilai berhasil tidaknya peserta didik mempelajari materi yang disampaikan.

Jurnal belajar diprediksi memberikan kontribusi positif dalam pengembangan disiplin akademik di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Pentingnya jurnal belajar sudah disadari oleh perguruan tinggi. Hanya saja, masalah-masalah klasik yang dihadapi seperti pendanaan, pengelolaan (manajemen penerbitan) serta sustainibilitasnya. Pengelolaan atau penggunaan jurnal belajar peserta didik pada pendidikan dasar menghadapi problematika tersendiri. Akan tetapi, jika diberdayakan dan dimanfaatkan dengan baik niscaya akan memberikan hasil yang luar biasa terutama dalam pembiasaan menulis secara efektif. Guru-guru di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama harus berpengalaman dalam menggunakan jurnal belajar sebagai sarana dalam membelajarkan peserta didik.

Jurnal belajar menjadi penting dalam sudut pandang seperti tersebut di atas, maka semboyan ilmuwan-ilmuwan Amerika “Publish or Perish” (menulis atau lenyap) diharapkan dapat dijadikan pemicu agar para pendidik di negeri tercinta ini memiliki kesadaran untuk menulis. Penggunaan jurnal belajar diharapkan tidak bisa lepas dari membangun budaya, kebiasaan-kebiasaan menulis untuk mengisi secara terus-menerus khazanah keilmuan dalam bidang pembelajaran. Ironisnya kebiasaan membaca untuk memperkaya khazanah keilmuan pembelajaran (pendidikan) masih rendah di kalangan pendidik dan tenaga kependidikan kita. Tidak jarang guru di sekolah kita yang hanya mengajar dari ilmu yang didapat semasa kuliah (yang biasanya sudah kadaluarsa). Jika ditanya, mengapa tidak membaca sumber-sumber yang lebih up to date (terkini, mutakhir), guru tersebut menjawab tidak ada dana untuk membeli buku sumber atau bahasa Inggris tidak dikuasai atau berbagai alasan lain. Pada hal guru sebagai agen pembaharuan, dituntut untuk membaca artikel-artikel keilmuan bermutu , terampil mengakses sumber informasi lewat internet secara berkesinambungan serta mengkaji atau mengujinya untuk menjawab permasalahan-permasalahan pembelajaran di sekolah. Lewat artikel-artikel pada Jurnal belajar yang akan diterbitkan ini sebagian permasalahan yang dihadapi guru tersebut dapat diatasi.

Bagi pendidik dan tenaga kependidikan, yang telah memiliki kecintaan dan kebiasaan menulis atau membaca, mereka tidak mungkin akan terus menerus dapat menulis tanpa membaca dan tanpa didukung dengan sarana-prasarana atau wadah yang tepat. Paling tidak, kepala sekolah dan pengawas sekolah menghargai karya tulis ilmiah, artikel atau buku yang mereka dihasilkan. Kebiasaan membaca, kecintaan menulis artikel adalah bagian dari pengembangan profesionalitas dan pengembangan intelektualitas yang sangat perlu ditumbuhkan dalam diri pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah kita. Membaca dan menulis bagi pendidik dan tenaga kependidikan dapat diilustrasikan sebagai aktivitas harian seperti halnya bernafas.

Jurnal belajar adalah wadah yang memuat hasil refleksi dalam bidang pembelajaran yang diperuntukan bagi peserta didik. Guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah dapat membacanya sebagai bahan masukan untuk melihat kemampuan peserta didik dalam bidang yang dipelajarinya. Peserta didik mengisinya dengan hasil bacaan, hasil diskusi, refleksi terhadap temuan dalam pembelajaran, hasil pengamatan, hasil abstraksi atau apa saja yang berkaitan dengan pembelajaran di sekolah. Bila perlu bukan hanya peserta didik yang mempunyai karya yang berkualitas dapat mengisinya. Akan tetapi kesempatan diberikan kepada semua peserta didik, walaupun menurut guru apa yang dituliskan peserta didik itu pada awalnya hanya cerita yang kelihatannya kurang bermakna bagi guru. Jurnal belajar tidak hanya berorientasi pada pengembangan kemampuan akademis semata akan tetapi diharapkan melalui kebiasaan menuliskan pengalaman belajar, peserta didik tersebut terbiasa mengekspresikan perasaan, pemikiran ataupun harapannya tentang pembelajaran yang diberikan guru. Jadi lebih dekat sebagai alat untuk komunikasi dan diseminasi informasi, temuan, pemikiran, hasil pengamatan tentang pembelajaran. Setiap peserta didik dapat mengisi jurnal belajar, meskipun belum mampu menulis dengan kriteria ilmiah. Isi dari Jurnal belajar tidak harus dalam bentuk artikel hasil penelitian, hasil telaahan yang memenuhi kriteria ilmiah. Akan tetapi dapat berupa kalimat-kalimat sederhana, entah itu penyelesaian soal mata pelajaran tertentu atau bahkan hanya ungkapan bahwa peserta didik itu senang belajar hari itu karena guru memberi kesempatan ke luar kelas untuk mengamati tanaman di sekitar sekolah pada pelajaran IPA.

Untuk menggunakan Jurnal Belajar dibutuhkan keberanian. Untuk memulai dan mendorong guru diperlukan inisiatif kepala sekolah atau dan pengawas sekolah. Kebersamaan di antara pendidik dan tenaga kependidikan yang menjadi anggota kelompok kerja masing-masing merupakan modal utama dan kunci untuk menerbitkan jurnal belajar. Pendekatan-pendekatan personal kepada anggota kelompok kerja diperkirakan akan mampu membangkitkan semangat untuk menerbitkan jurnal belajar. Kebersamaan dalam memecahkan masalah, diskusi dari hati ke hati, mengajak anggota kelompok kerja untuk merancang, membuat nama jurnal dan memilih pengelola dan menulis isi jurnal.

Kebiasaan menulis artikel di media masa atau menulis di jurnal ilmiah, menyusun karya tulis ilmiah oleh guru dan lain sebagainya dapat ditumbuhkembangkan melalui pembiasan peserta didik untuk mengisi jurnal belajar. Diperkirakan jurnal tersebut memberi sumbangan yang besar dan positif untuk membangun tradisi berpikir ilmiah dan menuliskannya dalam bentuk artikel di jurnal. Kehadiran jurnal belajar di pendidikan dasar diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan disiplin akademik para peserta didiknya. Oleh sebab itu pendidik dan tenaga kependidikan dalam kegiatan kelompok kerja KKG, MGMP, KKKS dan MKKS seyogianya mempelajari manfaat jurnal belajar dan memanfaatkan seoptimal mungkin. Kebiasaan menulis junal belajar sangat bermanfaat bagi peserta didik kelak di perguruan tinggi dalam menulis pada jurnal ilmiah sebagai wadah komunikasi hasil penelitian dan telaah ilmiah.

Jurnal belajar diharapkan menjadi wadah dalam pengembangan kualitas pendidikan, khususnya di bidang pembelajaran. Pendidik dan tenaga kependididkan diharapkan berpartisipasi untuk mengisi dan memperbarui materi keilmuan yang diajarkan dan cara-cara mengajarkannya. Bahkan guru pemula dapat menjadikan jurnal tersebut sebagai rujukan pemutakhiran metode pembelajaran dan materi yang diajarkan. Peserta didik yang berada di kota besar, sekarang ini sudah dengan mudah dapat mengakses pengetahuan melalui internet, yang kemungkinan membuat pendidik dan tenaga kependidikan semakin tertinggal, apabila gurunya hanya mengandalkan sumber belajar yang konvensional. Selain itu, meningkatkan minat baca dan menulis bukan hanya kewajiban bagi peserta didik, akan tetapi merupakan kewajiban bagi pendidik dan tenaga kependidikan. Proses pembelajaran di sekolah tidak akan dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kalau guru-gurunya tidak terbiasa membaca. Pendidik dan tenaga kependidikan tidak mungkin dapat menulis karya tulis ilmiah atau artikel populer yang baik tanpa banyak membaca. Menulis dan membaca adalah pintu gerbang utama mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tawaran menulis jurnal belajar sering menjadi beban bagi sebagian besar peserta didik. Belum dapat dijelaskan apakah hal ini terjadi karena banyaknya tenaga pengajar yang kurang mampu memotivasi peserta didik dan kurang memahami makna jurnal belajar atau kemungkinan sang guru sendiri belum pernah mengisi jurnal belajar. Meskipun gurunya sudah berkualifikasi S1 bahkan yang sudah S2 tidak ada jaminan bahwa mereka sudah terbiasa memanfaatkan jurnal belajar, tetapi kalau hal tersebut merupakan alasan, pada hal seharusnya pendidik membiasakan diri untuk memanfaatkan jurnal belajar. Pada umumnya guru masih belum tahu makna jurnal belajar dan tidak terbiasa memanfaatkan sebagai sarana pembelajaran yang efektif. Sebagian guru mengalami kesulitan membuat karya tulis ilmiah diperkirakan karena sejak dulu belum pernah mengisi jurnal belajar.
Jurnal belajar, sebagai istilah yang diterjemahkan dari learning journal yakni merupakan dokumen yang secara terus-menerus bertambah dan berkembang. Biasanya ditulis oleh pembelajar, sebagai rekaman terhadap perkembangan materi yang sedang dipelajari. Sebenarnya, bisa saja terdapat beberapa jurnal sesuai dengan mata pelajaran yang diikuti atau bahkan ada jurnal yang berkaitan dengan pekerjaan sehari-hari. Sekarang ini yang banyak berkembang adalah jurnal belajar secara online, di mana peserta dididk dapat melakukan dialog (seperti dalam bentuk forum), bahkan peserta dididik dari sekolah lain pun boleh ikut bergabung.
Jurnal belajar bukan:
 Ringkasan materi pembelajaran, tetapi lebih fokus pada refleksi peserta didik terhadap apa yang telah dibaca atau yang sedang dipelajari
 Katalog belajar, karena dalam katalog belajar biasanya ditulis waktu dan tanggal mengajar atau dipelajari. Suatu katalog merupakan rekaman peristiwa, akan tetapi jurnal belajar merupakan rekaman refleksi dan hasil pengamatan dan pemikiran peserta didik.
Apa Keuntungan dari Jurnal belajar?
Siapa yang paling diuntungkan kalau Jurnal belajar diterbitkan? Tentu peserta didik. Kenyataan menunjukkan, bahwa jika peserta didik memelihara rekaman tentang apa yang diajarkan dan bagaimana materi itu diajarkan, ini merupakan penunjang untuk tetap mengingatnya di dalam kepala, ada pepatah orang tua yang mengatakan ”sebenarnya peserta didik belum tahu apa-apa sampai peserta didik tersebut dapat menuliskannya” dan beberapa hasil penelitian telah membukti bahwa ungkapan tersebut benar. Mengatakan apa yang telah diajarkan, peserta didik dapat menelusuri apa saja kemajuan yang telah didapatkan atau dilakukan. Ini juga berarti peserta didik mulai mencatat perbedaan di antara pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki tentang mengajar.
Siapa Penulis Jurnal belajar?
Seratus tahun yang lalu, pendidikan jarak jauh belum ada dan buku teks masih sangat mahal harganya. Ketika itu, mahapeserta didik harus menuliskan apa yang telah dipelajari pada buku catatan. Isi catatan kuliah tersebut adalah ringkasan dari materi yang telah dipelajari. Yang menjadi fokus peserta adalah mereka harus menulis dan memutuskan sendiri apa yang akan ditulis. Pada saat ini tidak dibutuhkan catatan kuliah karena materi kuliah dapat diakses secara online, karena bahan kuliah, yang lebih lengkap dari catatan itu sudah ada di website. Harga buku teks pun sudah relatif murah dan karena kuliah dilaksanakan secara online berarti peserta didiknya harus mampu mengupload bahannya ke internet (web). Jadi dalam arti seperti pengganti catatan kuliah, peserta didik hendaknya menggunakan Jurnal belajar. Penekanannya memang berbeda tetapi tujuannya sama, yaitu membantu memaknai apa yang telah dipelajari peserta didik pada saat peserta didik mengajar.
Isi Jurnal belajar dapat meliputi:
 Butir-butir yang ditemukan, khususnya materi yang menarik dari yang dibaca peserta didik dan tertarik untuk ditindaklanjuti lebih detail;
 Pertanyaan yang muncul di benak peserta didik yang berkaitan dengan materi yang dibaca pada topik tertentu (bahan ajar);
 Setelah pembelajaran di kelas berlangsung (segera setelahnya, jika memungkinkan) adalah merupakan waktu yang paling tepat untuk membuat catatan untuk me-reinforce (mendorong dengan sekuat tenaga) hasil belajar peserta didik dengan mencoba mengingat apa inti yang telah diajarkan. Berpikir apa yang menjadi poin utama yang baru bagi peserta didik dari materi yang diajarkan hari ini. Peserta didik diminta oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah untuk menuliskan hal tersebut tanpa melihat RPP, kemudian membandingkan dengan RPP, sekadar untuk menyakinkan apakah poin yang kita buat tersebut akurat;
 Catatan tersebut dapat diambil dari materi lain yang dibaca, yang dikutip dari buku atau materi yang berkaitan, seperti artikel dalam surat kabar;
 Catatan apa saja yang berkaitan dengan pokok bahasan, komentar peserta didik dalam bentuk satu atau dua kalimat terhadap pokok bahasan artikel yang ditemukan/dibaca yang berkaitan dengan materi pengajaran;
 Refleksi peserta didik terhadap materi dan kaitannya dengan kebutuhan peserta didik tersebut pada saat mengajar;
 Bagaimana guru mengajarkan materi tersebut dan dikaitkan dengan apa yang diajarkan dengan cara yang berbeda;
 Pemikiran peserta didik yang belum sepenuhnya terwujud tetapi peserta didik harus merumuskan kembali. Ini bisa meliputi perasaan peserta didik tentang materi dan perkembangan dan teori yang dikembangkan dalam pikiran peserta didik tersebut.
Setiap guru diwajibkan mengirimkan bahan (naskah) untuk Jurnal belajar, hendaknya memikirkan kembali apa saja yang telah dilakukan pada saat mengajar, dimulai dari kegiatan awal hingga kegiatan akhir. Sumber belajar apa saja yang paling banyak diakses oleh guru? Mana yang yang paling sedikit diajarkan? Dan mengapa demikian? Apakah materi tersebut sudah diketahui peserta didik-peserta didik sebelumnya? Hal-hal seperti itulah yang hendaknya dituliskan oleh peserta didik walaupun hanya satu atau dua paragrap satu minggu, kemudian dikumpulkan dan dirangkum untuk dikirimkan atau dimuat di Jurnal belajar.

Bagaimana Bentuk Jurnal belajar?
Bagaimana bentuk Jurnal belajar? Kalau kepala sekolah atau pengawas sekolah bertanya kepada peserta didik, kemungkinan ada peserta didik yang menyarankan, sebaiknya diketik menggunakan komputer akan tetapi ada juga yang menyarankan ditulis tangan saja. Tentu saja tergantung kebutuhan dan fasilitas pendukung yang tersedia. Jurnal belajar dapat diterbitkan dalam beberapa bentuk alternatif pilihan:
 Jurnal belajar bisa dalam ukuran yang kecil, sebesar block notes atau setengah ukuran kertas A4, atau sebesar kertas A4. Hal ini tergantung pada ketersediaan naskah. Kalau semua guru anggota KKG atau MGMP, begitu ada pemikiran tentang materi langsung ditulis dalam lembar kertas yang terpisah, kemudian kertas tersebut disusun dan diurutkan berdasarkan poin yang telah diajarkan, apa yang masih perlu diajarkan, pertanyaan peserta didik kepada pengajar dan lain sebagainya ditulis untuk dimuat di jurnal, maka tidak akan kekurangan naskah;
 Kemudian berdasarkan catatan kecil tadi oleh guru tersebut diuraikan kedalam tulisan (diketik atau ditulis tangan) dan ini akan menjadi catatan penting bagi penulis sebagai buku referensi setelah pembelajaran itu selesai;
 Jika lebih suka langsung menulis di laptop atau komputer, kemudian dicetak, setiap halaman dibundel/dijilid, sebagai rekaman permanen perkembangan pembelajaran dan hasil belajar peserta didik;
 Jika lebih suka membaca dari layar komputer, akan tetapi disarankan tetap membuat print outnya untuk menjaga pengelola jurnal mengalami kesulitan untuk membuka file yang dibuat oleh peserta didik pengirim naskah tersebut (terjadi gangguan sehingga tidak dapat dibaca).
Bentuk yang mana pun yang akan dipilih, yang penting bahwa hasil tulisan peserta didik tersebut setiap bulan harus dikirim lewat email ke redaksi Jurnal belajar (diharapkan).
Pemikiran Pribadi
Peserta didik bisa memasukkan hasil pemikiran pribadi ke dalam Jurnal belajar, meskipun hal itu tidak ingin kepala sekolah melihatnya, akan tetapi hal tersebut dinilai perlu untuk diketahui orang lain (di kemudian hari) atau bisa juga tidak dikirim ke redaksi jurnal, akan tetapi disimpan atau didokumentasikan sendiri.


Apakah ada Waktu untuk Menulis?
Waktu yang diperlukan untuk menulis naskah untuk Jurnal belajar tersebut, jika dilakukan oleh peserta didik atau kepala sekolah dan pengawas sekolah secara rutin, mungkin hanya satu jam per minggu. Pada awalnya mungkin bisa lebih dari satu jam (karena belum terbiasa), tetapi lama-kelamaan, asalkan dilakukan secara rutin setiap orang hanya menghabiskan waktu 1 jam per minggu untuk menulis materi yang akan dikirim ke Jurnal belajar. Jika setiap minggu menghasilkan satu halaman, maka satu bulan telah ada empat halaman yang menjadi materi Jurnal belajar. (Ag)
(Sumber : BBM kinerja BERMUTU)

Komentar