BERPIKIR KRITIS DAN MEMBACA KRITIS

A. Pendahuluan
1. Apa yang dimaksud berpikir kritis?
2. Apakah maksud membaca kritis?
3. Apakah kemampuan berpikir kritis dan membaca kritis diperlukan guru?
4. Bagaimana cara berpikir dan membaca secara kritis?

Untuk membahas keempat pertanyaan di atas, maka perhatikan ilustrasi berikut ini!

Dalam suatu forum (KKG/MGMP), salah seorang guru baru saja menjadi peserta seminar dan berbagi informasi mengenai suatu metode pembelajaran, misalkan metode Jigsaw. Ia menjelaskan bahwa menurut pemakalah dalam seminar tersebut, metode Jigsaw merupakan metode yang ampuh dan telah diterapkan di Eropa. Dengan menggunakan metode tersebut para siswa menjadi aktif dan kompetensi belajar siswa tercapai dengan baik. Guru tersebut menyarankan para guru menggunakannya. Untuk menguatkan sarannya, guru tersebut melampirkan langkah atau tahapan menerapkan metode Jigsaw .

Berdasarkan ilustrasi di atas, bagaimana sikap Anda yang kebetulan menjadi peserta dalam forum KKG/MGMP tersebut? Apakah menerima saran guru tersebut? Apakah langsung menolak? Apakah menunggu guru lain mencoba dan melihat hasilnya? Atau Anda akan melakukan tindakan lainnya?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menyikapi kasus di atas, Anda sebaiknya mempelajari keterampilan berpikir kritis dan membaca kritis.
Dalam hidup ini seseorang tidak lepas dari berpikir tetapi apakah semua yang dipikirkan dapat dikatakan kritis? Jawabannya tentu tidak. Seseorang dapat dikatakan berpikir kritis diantaranya ketika ia banyak membaca dan menyimak informasi yang berimbas pada ketajaman dalam menelaah suatu tulisan. Jadi, seorang pendidik seharusnya dapat berpikir kritis (Critical thinking) dan membaca kritis (Critical reading). Dengan berpikir kritis, kita tidak saja memahami apa yang didengar atau dilihat, tetapi juga dapat memberi penilaian dan perbaikan yang dianggap perlu. Demikian juga dengan membaca kritis, kita dapat menilai dengan membandingkan berbagai hasil bacaan dan memaparkan tulisan dengan mengacu pada pendapat yang kita anggap sesuai dengan apa yang sedang ditulis.

B. Pengertian dan Cara Berpikir Kritis
Perhatikan ilustrasi berikut ini!
Pengalaman mengajar beberapa tahun yang lalu, pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing tidak perlu diajarkan dengan metode diskusi.Belajar bahasa Indonesia sangatlah mudah dipelajari, cukup dengan belajar melalui buku saja.
Cobalah berpikir sejenak setelah membaca ilustrasi di atas! Anda akan menjawab”Belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing tidak mungkin hanya dengan menggunakan buku saja, tetapi harus dilatih dengan cara lain, misalnya berdiskusi. Materi diskusi dapat dikaitkan dengan lingkungan keluarga. Pada pelaksanaan diskusinya antara lainterdapat kegiatan seseorang ditunjuk menyajikan apa yang ditulis oleh orang tersebut. Sebelumnya karangan yang disusunnya dibagikan kepada teman-temannya, dan kepada guru atau instrukturnya.
Ilustrasi di atas adalah kasus sederhana yang menggambarkan bahwa kajian kritis perlu dilakukan dalam menghadapi suatu masalah. Kita harus bersikap kritis terhadap data yang ada, termasuk kesimpulan yang disajikan. Sikap “kritis” diperlukan agar dapat mengambil suatu kesimpulan yang tepat dan akurat.
1. Pengertian Berpikir Kritis
Beberapa ahli mengungkapkan definisi berpikir kritis beragam tetapi ada beberapa komponen yang mengandung kesamaan. Krulik & Rudnick dalam Sumardyono dan Ashari S (2010:9) mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir yang menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek dari situasi masalah. Termasuk di dalam berpikir kritis adalah mengelompokkan, mengorganisasikan, mengingat, dan menganalisis informasi. Sejalan dengan di atas, Norris dan Ennis dalam Alec Fisher dalam Sumardyono dan Ashari S (2010) menyatakan, berpikir kritis adalah berpikir yang beralasan dan reflektif yang fokus untuk memutuskan apa yang dapat dipercaya dan apa yang tidak dapat dipercaya.
Lebih lanjut Sumardyono dan Ashari S mendeskripsikan bahwa berpikir kritis memerlukan kemampuan membaca, memahami, dan mengidentifikasi masalah serta kemampuan mengklasifikasi dan membandingkan, sehingga dapat menggambarkan kesimpulan dengan lebih baik dari yang diberikan, serta dapat menentukan ketidakonsistenan dan kontradiksi dari informasi tersebut. Tidak semua informasi yang diterima dapat dijadikan pengetahuan yang diyakini kebenarannya untuk dijadikan panduan dalam tindakan. Demikian halnya dengan informasi yang dihasilkan, tidak selalu informasi yang benar. Keputusan atau kesimpulan yang dilakukan dengan berpikir kritis merupakan informasi terbaik setelah melalui pengkajian dari berbagai sumber informasi, termasuk mengkaji kesimpulan yang dihasilkan dengan memberikan bukti-bukti pendukung.
Berpikir kritis menurut Gega dalam Sumardyono dan Ashari S (2010:9) adalah berpikir yang menggunakan bukti-bukti untuk mengukur kebenaran kesimpulan, serta dapat menunjukkan pendapat yang terkadang kontradiktif, bahkan mau mengubah pendapatnya jika ternyata ada bukti lebih kuat yang bertentangan dengan pendapatnya. Ada dua langkah berpikir kritis, yaitu; melakukan proses penawaran yang diikuti dengan pengambilan keputusan atau pemecahan masalah.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah kegiatan berpikir yang mendalam, komprehensif, argumentatif, logis, dan evaluatif.


2. Ciri Orang Berpikir Kritis
Ciri orang berpikir kritis menurut Raymon S. Nickerson dalam Didin dalam Sumardyono dan Ashari S (2010:10) adalah sebagai berikut.
a. menggunakan bukti yang kuat dan tidak memihak;
b. dapat mengungkapkan secara ringkas dan masuk akal;
c. dapat membedakan secara logis antara simpulan yang valid dan tidak valid;
d. menggunakan penilaian, bila tidak ada bukti yang cukup untuk mendukung sebuah keputusan;
e. mampu mengantisipasi kemungkinan konsekkuensi dari suatu tindakan;
f. dapat mencari kesamaan dan analogi (kemiripan);
g. dapat belajar secara mandiri;
h. menerapkan teknik pemecahan masalah (problem solving);
i. menyadari fakta bahwa pemahaman seseorang selalu terbatas;
j. mengakui kekurangan terhadap pendapatnya sendiri.

3. Cara Berpikir Kritis
Browne Keeley dalam buku Asking the Right Questions: A Guide to Critical Thinking dalam Sumardyono dan Ashari S (2010:11) menyarankan beberapa pertanyaan yang dapat membantu dan dapat kita ikuti sebagai strategi atau cara berpikir kritis. Berikut ini ada beberapa pertanyaan yang dapat membimbing untuk berpikir kritis sehingga dapat menarik kesimpulan secara tepat.
a. Apa yang menjadi berita dan apa yang menjadi simpulannya?
b. Apa yang menjadi alasan atau argumentasinya?
c. Apa ada kata atau pertanyaan atau tindakan yang ambigu (membingungkan)?
d. Apa yang menjadi nilai yang dikemukakan?
e. Apa yang menjadi asumsi?
f. Apakah ada kesalahan dalam pemberian alasan?
g. Apakah bukti-bukti yang disajikan sudah benar?
h. Apakah ada sebab lain yang mungkin?
i. Apakah data-datanya akurat?
j. Apakah ada informasi penting yang diabaikan?
k. Apakah mungkin terdapat simpulan lain yang beralasan?

C. Pengertian dan Cara Membaca Kritis
Perhatikan pernyataan di bawah ini!
Karena diketahui hasilnya sangat efektif, maka cara memperoleh (acquiring) bahasa seperti diadopsi ke dalam pembelajaran (learning) bahasa. Munculah cara pembelajaran kontekstual, di mana materi bahasa dirakit dalam suatu konteks, dipilih sesuai dengan tingkat keseringan kemunculannya, dan dipilih berdasarkan konteks fungsional. Itulah sebabnya, pemilihan materi bahasa harus juga mendasarkan faktor sosiolinguistis dan pragmatis. Faktor sosiaolinguistis menentukan pilihan-pilihan variasi sosiolinguistis: siapa mitra bicara, dalam konteks apa berbicara, saluran apa yang dipilih, tujuan apa yang dicapai. Faktor pragmatis menentukan pilihan-pilihan variasi kebahasaan berdasarkan tingkat keresmian komunikasi.

Contoh di atas menggambarkan betapa pentingnya membaca secara kritis. Ketika si pembaca tidak mencermati dengan saksama apakah ia mampu membuat keputusan, simpulan, atau penilaian? Tentu sulit bukan? Oleh karena itu membaca kritis membutuhkan konsentrasi.
1. Pengertian Membaca Kritis
Soedarsono (1994) mengatakan bahwa membaca kritis (critical reading) adalah cara membaca dengan melihat motif penulis dan menilainya. Pembaca tidak sekedar menyerap apa yang ada, tetapi ia bersama-sama penulis berpikir tentang masalah yang dibahas. Membaca secara kritis berarti kita harus mampu membaca secara analisis dengan melakukan penilaian. Dalam membaca harus ada interaksi penulis dengan pembaca yang saling mempengaruhi sehingga terbentuk pengertian baru.

Jika kita ingin membaca dengan baik, kita harus membaca dengan pikiran yaitu berpikir, menilai, dan membuat batasan. Kesemuanya ini harus dilakukan secara serentak.

2. Tujuan Membaca Kritis
Menurut Sumardyono dan Ashari S (2010:14), secara umum tujuan membaca kritis adalah untuk:
a. Mengetahui tujuan penulis membuat tulisan;
b. Memahami bagian-bagian yang diyakinkan dan yang ditekankan oleh penulis; dan
c. Mendapatkan bagian-bagian mana penulis melakukan bias (penyimpangan dari maksud sebenarnya).

3. Langkah-langkah Membaca Kritis
Menurut Soedarsono (1994), proses membaca kritis dapat dilakukan sebagai berikut.
a. Mengerti isi bacaan yaitu; ide pokok, fakta dan detail penting, dan dapat membuat kesimpulan dan interpretasi dari ide-ide itu.
b. Menguji sumber penulis; apakah dapat dipercaya?, cukup akuratkah?, dan kompeten di bidangnya?.
c. Ada interaksi antara penulis dan pembaca; tidak hanya mengerti maksud penulis tetapi harus membandingkan dengan pengetahuan yang kita miliki, serta dari penulis lainnya.
d. Menerima atau menolak; mempercayai, mencurigai, meragukan, mempertanyakan, atau tidak percaya.

Menurut Vincent Ryan Ruggiero dalam Sumardyono dan Ashari S (2010:14), adapun langkah-langkah strategi membaca kritis sebagai berikut.
Tanyakanlah pertanyaan-pertanyaan tersebut pada diri kita sendiri.
a. Apa topiknya?
b. Kesimpulan apa yang diambil oleh pengarang tentang topik tersebut?
c. Alasan-alasan apa yang diutarakan pengarang agar dapat dipercaya?
Perhatikan alasan-alasan tidak obyektif yang dapat mengecoh pembaca, misalnya; iba, ketakutan, dan data statistik yang tidak sesuai.
d. Apakah pengarang menggunakan kata netral atau tidak?
Muhadi Sugiono dalam Sumardyono dan Ashari S (2010:15) mengatakan, untuk membantu pengembangan kemampuan membaca kritis, berikut ini pertanyan-pertanyaan yang dapat diajukan.
a. Apa yang ingin disampaikan penulis?
- Tentang apakah tulisan yang kita baca?
- Mengapa penulis ingin menulis hal itu?
b. Apa alasan penulis?
Selain mengetahui apa yang sedang dibaca, perlu juga diketahui alasan yang mendorong penulis menuliskannya dalam sebuah tulisan. Selain itu perlu juga mengatahui sudut pandang penulis melalui alasan yang dibuat atau upaya penulis untuk meyakinkan pembacanya berpikir agar pembaca percaya.Alasan tersebut dapat ditemukan dengan mudah atau sulit karena dapat terletak di awal, tengah, akhir, ataupun menyebar di berbagai tempat atau paragraf.
c. Apa ada alasan atau sudut pandang yang berbeda?
Pembaca kritis harus memulai dari keyakinan bahwa pasti ada alasan berbeda dari alasan pengarang. Semua itu untuk meyakinkan pembaca mengapa alasan tersebut tidak memadai atau bahkan salah. Tetapi terkadang tidak mengemukakan alasan alternatif, sehingga pembaca harus mencari sendiri.
d. Apakah bukti yang ditampilkan penulis?
Alasan yang kuat merupakan cara meyakinkan pembaca. Tetapi, pembaca terkadang tidak cukup diyakinkan hanya dengan alasan semata, melainkan harus dengan bukti-bukti yang mendukung alasan misalnya; pengalaman, logika, emosi, sejarah, pernyataan ahli atau pakar, dsb.
e. Apakah bukti yang ditampilkan penulis sangat mendukung?
Bukti-bukti yang ditampilkan penulis tidak selalu mendukung. Sebagai pembaca kritis, harus mencoba memahami upaya penulis untuk mendukung alasan dengan bukti-bukti yang mendukung sudut pandang obyektif, tidak langsung melalui sudut pandang kita sendiri. Misalnya; apakah bukti yang disampaikan masuk akal? Jika bukti berupa fakta, apakah bukti tersebut dapat diandalkan? Apakah sumbernya dapat dipercaya? Apakah data statistik memperkuat alasan dan mendukung bukti lain yang diajukan penulis? Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin tidak mudah untuk dijawab, bahkan pembaca kritis dituntut berpikir keras untuk melakukannya.
f. Apa pendapat kita?
Setelah semua proses di atas selesai, bagian akhir yang tidak kalah pentingnya adalah pendapat kita terhadap tulisan yang dibaca. Setelah memahami alasan penulisan dan bukti-bukti yang diajukan penulis, saatnya melihat pandangan kita. Apakah penulis berhasil meyakinkan kita dengan mengacu pada bukti-bukti. Pada awal tulisan, kita sepaham dengan gagasan penulis tetapi hingga akhir tulisan yang dibaca, kita menyimpulkan bahwa penulis tidak dapat memenuhi apa yang dijanjikannya. Sebagai pembaca kritis, tidak perlu menyesal telah membaca suatu tulisan karena tidak paham, sebab dalam membaca tulisan ada tulisan yang isinya kurang bagus dan juga cara penyajiannya juga membingungkan pembecanya.
(Sumber : BBM BERMUTU)

Komentar

  1. mntp gan infonya sangat membantu
    mampir juga ya http://belajardii.blogspot.com

    BalasHapus

Posting Komentar